- Aksi Donor Darah di SMA Negeri 9 Bandar Lampung (1 bulan yang lalu)
- Polwan Goes To School di SMA Negeri 9 Bandar Lampung (1 bulan yang lalu)
- Sosialisasi Pengenalan Bank Bukopin untuk Pelajar di SMAN 9 Bandar Lampung (1 bulan yang lalu)
- Remaja Berdaya: Langkah Cerdas Menuju Masa Depan Gemilang dengan Bimbingan Perguruan Tinggi (1 bulan yang lalu)
- Upacara Bendera Senin 19 Agustus 2024: Kapolsek Tanjung Karang Barat, AKP. Ono Karyono, S.H., M.H., Beri Pesan Penting kepada Siswa (1 bulan yang lalu)
- Upacara HUT RI ke-79: Perayaan Budaya dan Semangat Kebangsaan dalam Keberagaman (1 bulan yang lalu)
- Lomba Guru Semarakkan HUT RI ke-79 di SMAN 9 Bandar Lampung (1 bulan yang lalu)
- SMAN 9 Bandar Lampung Gelar Apel Hari Ulang Tahun Pramuka ke-63 (1 bulan yang lalu)
- Pemilihan Ketua OSIS SMAN 9 Bandar Lampung Periode 2024/2025: Langkah Demokrasi di Kalangan Pelajar (2 bulan yang lalu)
- Rapat Rutin SMA Negeri 9 Bandar Lampung (2 bulan yang lalu)
- Debat Seru Pemilihan Ketua OSIS SMA Negeri 9 Bandar Lampung (2 bulan yang lalu)
- KSPM Goes To School: Meningkatkan Literasi Keuangan di SMAN 9 Bandar Lampung (2 bulan yang lalu)
- Pieter Wenesdy Octaviano Arta: Siswa Berprestasi dari SMAN 9 Bandar Lampung Juara Olimpiade Bahasa Prancis Nasional! (2 bulan yang lalu)
- Peringatan 1 Muharram 1446 H : Momentum Kebangkitan Spiritual (2 bulan yang lalu)
- Keselamatan Berkendara di Jalan Raya: Pesan Penting dari Upacara Bendera SMAN 9 Bandar Lampung (2 bulan yang lalu)
Tampaknya hal ini disadari betul oleh seorang ayah hebat asal Cina bernama Yu Xukang, yang mendedikasikan hidupnya demi pendidikan sang anak tercinta, Xiao Qiang. Demi menyekolahkan si kecil, Yu Xukang ia rela berjalan dan menggendong Xiao Qiang sejauh 28 kilometer setiap hari.
Kemalangan yang dialami Xiao Qiang tak berhenti di situ saja. Selain harus berpisah dengan sang ibu di usia tiga tahun, Xiao Qiang terlahir menyandang disabilitas sejak lahir. Hingga usianya yang kini telah 12 tahun, Xiao Qiang belum mampu berjalan. Lebih lanjut, tumbuh kembang Xiao Qiang berbeda dengan anak-anak normal biasanya.
“Anakku, dengan disabilitas yang ia sandang, tak mampu berjalan sendiri dan artinya ia tak bisa mengendarai sepeda. Apalagi, di usianya yang sudah 12 tahun, tinggi badannya masih 90 sentimeter,” terang sang Ayah.
Di desa Yibin sendiri memang terdapat beberapa sekolah reguler di mana anak-anak seusia Xiao Qiang dapat bersekolah. Namun malangnya, sekolah-sekolah ini menolak Xiao Qiang belajar di tempat mereka lantaran dianggap tak mampu secara fisik dan mental.
Sekolah yang menerima kondisi Xiao Qiang letaknya sangatlah jauh. Itulah mengapa sang Ayah rela berjalan sejauh 28 kilometer setiap harinya demi membuat sang anak tercinta tetap bersekolah.
“Aku kemudian kembali ke sekolah untuk menjemput putraku dan menggendongnya pulang,” tambahnya.
Perjuangan sang ayah yang begitu keras nyatanya dibayar memuaskan oleh Xiao Qiang. Meskipun ia menyandang disabilitas, terbukti Xiao Qiang adalah salah satu murid paling berprestasi di kelas. Hal ini pun makin meyakinkan Yu Xukang akan kemampuan luar biasa sang buah hati.
“Aku sangat bangga dengan fakta bahwa ia mendapat ranking pertama di kelas dan aku yakin dia akan terus berprestasi. Mimpiku adalah nantinya ia terus bersekolah hingga ke perguruan tinggi,” harap Yu Xukang.
Akhirnya Pemerintah Cina pun lambat laun mendengar kisah mengharukan antara ayah dan anak ini. Antusias dan ekspos media begitu besar yang akhirnya terdengar juga oleh masyarakat luas. Selain itu, Pemerintah Cina pun dikabarkan telah menyewa tempat tinggal yang layak di dekat sekolah Xiao Qiang agar sang ayah tak perlu lagi bersusah payah menggendongnya puluhan kilometer dari desa Yibin.
Sumber: woow